Isnin, 18 Jun 2012

KOLUM CINTA MUNAFIK

Satu imaji tentang diri aku dan hormon - hormon sakit yg aku sorokkan di sebalik pepetak imaji ini.


Kau dan mereka , kalian tidak akan nampak .





Dalam ketidak-tentuan sekarang ,  sungguh aku rasa emosi ini  bagai bangunan yg tidak kukuh . Keakraban hidup-karma itu aku rasa tipu. Jujurnya , aku berang kerna kehidupan itu-lah yg membenarkan segala bohong-bohong itu bermaharajalela - berkuasa gah seekor raksasa. Apa gunanya aku  berkeringat mengutip dosa dan pahala.
Kalau dunia sentiasa berkelakuan kejam.


Kau tahu kenapa aku mencipta ruang puisi dalam diri ?

Aku mulakan menulis . Berpuisi kerna dengan interpretasikan jiwa dan emosi dalam baris bait , ini-lah penerusan hikayat manusia seperti aku. Selang beberapa tahun - manusia akan melihat dirinya yg lama , untuk mengenal diri-nya | alpa .

Barangkali Tuhan telah menetapkan , kenapa aku perlu tentang ? Itu soal Aku - Tuhan . Nanti , diari - diari  ini menjadi saksi Masyarku . Wallahualam -

Siapa bilang sahabat itu tegar , cinta itu pelengkap . Kita masih mabuk-leka-gila . Aku tak lagi (pernah) merasa , melihat-pun cinta antara manusia ditakrifkan mulia . Sahabat ? aku pernah letakkan mereka dalam konteks malapetaka. 

Aku tak perlukan
Aku tak berkehendakkan

Sebagaimana bumi berpaksi
Takdir ikut berpusing 

Tanah tumpahnya darahku , mungkin satu hari nanti
tak lagi aku mencium bau negeri-ku , memijak daerah, simpang-lorong luas ini .
Akanku ramas perit sepeninggalan masyarakat waris Belanda , mohon makbulkan Tuhan --

Aku dah letih menghadap manusia di sini , aku dah lali , aku muak - sampai begitu sekali aku benci .
Dunia tak ada cinta , hanya ada lelongan jiwa munafik .

Tiada ulasan:

Catat Ulasan